Jumat, 15 April 2011

Bimbingan dan Konseling


A.   A.  Prinsip – prinsip Bimbingan dan Konseling

                        Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggarakan bimbingan dan konseling. Sedangkan Prinsip sendiri merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Pemahaman tentang prinsip – prinsip dasar ini sangat penting dan perlu terutama kaitannya dengan kepentingan penerapan di lapangan. Konselor yang telah memahami secara benar dan mendasar prinsip – prinsip dasar bimbingan dan konseling ini akan dapat menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan – penyimpangan dalam praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling. Ada beberapa pendapat mengenai prinsip – prinsip bimbingan dan konseling,misalnya Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa :
(a)    Bimbingan didasarkan pada kenyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan – kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan potensinya itu.
(b)   Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap adalh unik; seseorang anak berbeda dari anak ynag lain.
(c)    Bimbingan merupakan bantuan kepada anak – anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka secara pribadi –pribadi yang sehat.
(d)   Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umum.
(e)    Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.

Semua prinsip yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir – butir tersebut belum merupakan prinsip – prinsip yang jelas aplikasinya dalam praktek bimbingan dan konseling. Apabila butir – butir tersebut hendak dijadikan prinsip – prinsip bimbingan dan konseling ,maka aspek – aspek operasionalisasinya harus ditambah.
      Namun prinsip – prinsip yang akan dibahas dapat dtinjau dari prinsip – prinsip secara umum, dan prinsip – prinsip khusus yang telah dikaji dari beberapa aspek.
      Berikut penjelasan prinsip – prinsip umum bimbingan dan konseling
1.      Prinsip-prinsip Umum

a.       Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unil dan ruwet.
b.      Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu – individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
c.       Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
d.      Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
e.       Bimbingan harus dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
f.       Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang bersangkutan.
g.      Pelaksanaan program bimbingan harus serta dipimpin keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
h.      Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaien antara pelaksaan dan rencana yang dirumuskan dahulu

2.      Prinsip-prinsip Khusus
        Sejumlah prinsip khusus mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip khusus ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Berikut ini sejumlan prinsip – prinsip layanan bimbingan dan konseling khusus yang di ramu dari sejumlah sumber (Bernand & Fullmer,1969 dan 1967; crow & crow, 1960 ; Miller & Fruehling,1978) yang perlu diperhatikan :

1)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
   Sasaran bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu itu sangan bervariasi yang menyebabkan individu yang satu berbeda dari yang lainnya.masing-masing individu adalah unik. Variasi dan keunikan keindividuan,aspek - aspek pribadi dan lingkungannya mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status social ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan pribadi individu.
c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling  memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.

2)    Prinsip - prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.
   Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif, faktor-faktor yang pengaruhnya negatif akan menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu ynag akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu.Secara ideal bimbingan dan konseling ingin membantu semua individu dengan berbagai masalahnya.Namun sesuai dengan keterbatasan yang ada pada diri sendiri,pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani maslah klien secara terbatas.prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal itu adalah :
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.

3)  Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.
   Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konselina adalah sebagai berikut :
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi
c. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan terarah.

4)  Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
        Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan iti selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya,yaitu konselor profesional.  Kerjasama yang baik dari berbagai pihak ,baik di dalam maupun diluar berbagai tempat ia bekerja (yaitu konselor) perlu dikembangkan secara optimal. Prinsip – prinsip berkenaan dengan hal – hal tersebut adalah :
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi
d. Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingan
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

B.   Orientasi Bimbingan dan Konseling

1.      Orientasi perorangan
             “Orientsi perseorangan“ bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara individual. Satu persatu siswa perlu mendapat perhatian.
            Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling sosial adalah sebagai berikut :
a)      Semua kegiatan diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan pada peningkatan perwujudan diri sendiri.
b)      Kegiatan disini berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan- kebutuhan pemanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungannya.
c)      Setiap klien harus diterima sebagai individu yang harus ditangani secara individual (McDaniel,1959).
d)     Adal menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat,kemampuan dan perasaan klien serta meneysuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan (McDaniel, dalam prayitno,199:236).

2.      Orientasi perkembangan
        Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada individu dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien menghilangkan problem yang menjadikan laju perkembangan klien. Adapun hambatan ( Thomson & Rudolph ) yang dimaksudkan adalah :
a)      Hambatan Egosentrisme , yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang dipahaminya.
b)      Hambatan Konsentrasi, yaitu ketidakmampuan memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang suatu hal.
c)      Hambatan Reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
d)     Hambatan Transformasi, yaitu ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada suasana urutan yang ditetapkan.
3. Orientasi permasalahan
   Ada yang mengatakan bahwa kehidupan berkembang itu resiko, agar tujuan tercapai dengan baik maka resiko yang mungkin menimpa kehidupan harus diwaspadai, nah kewaspadaan yang menimbulkan hambatan dan rintangan itu melahirkan kosep orientasi
permasalahan dalam bimbingan konseling.
   Dalam kaitannya dengan fungsinya Orientasi ini mengarah kepencegahan pengentasan permasalahan agar individu terhindar dari beban didalam dirinya, pemahaman memungkinkan individu memahami informasi dan aspek lingkungan yang berguna mencegah timbulnya masalah pada diri klien.Hal itu sesuai dengan fungsi – fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan ,yang langsung mengacu pada fungsi pencegahan dan penentasan.
   Berdasarkan rumusan konseling yang dikemukakan , maka tujuan bimbingan konseling sebagai orientasi permasalahanadalah untuk :
· Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat melalui: kepercayaan yang diyakini, memahami manfaat hidup bermasyarakat.
· Membantu individu memelihara situasi, kondisi kehidupan agar tetap baik dan jauh lebih baik melalui :
1) problem yang semula dihadapi telah teratasi agar tidak menjadi masalah kembali.
2) mengembangkan situasi yang mulanya baik itu agar bertambah baik.
   Dengan demikian orientasi masalah terentang seluas daerah operasinya fungsi-fungsi bimbingan ( yang bukan hanya fungsi pencegahan dan pengentasan saja) ,dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
   Ketiga fungsi orientasi tersebut dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan baik disekolah maupun diluar sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno&Erman Amti. 1999. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Mugiarso,Heru.2010. BIMBINGAN & KONSELING.Semarang : Universitas Negeri Semarang Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar