Jumat, 15 April 2011

HUKUM HOOKE

Berikut merupakan panduan untuk pratikum hukum Hooke !




Alat dan Bahan :
1.      Dasar statif                                          5.    Beban
2.      Batang statif pendek                           6.    Jepitan penahan
3.      Batang statif panjang                          7.    Pegas spiral
4.      Balok penahan                                                8.    Penggaris
Prosedur Kerja
1.      Gantunglah 1 beban ( w ) = 0,5 N pada pegas sebagai gaya awal ( Fo )
2.      Ukur panjang awal ( lo) pegas dan catat pada table

3.      Tambahkan 1 beban dan ukur kembali panjang pegas ( l ). Catat hasil pengamatan kedalam table.
4.      Ulangi langkah ke 3 dengan setiap kalp menambah 1 baban untu melengkapi table
Tabel Pengamatan
No
w ( N )
ΔF = ( w – Fo ) N
l ( m )
Δl = ( l – lo ) m
1




2




3




4




5





Pertanyaan
1.      Gambarkan grafik pertambahan panjang pegas terhadap penambahan gaya !
2.      Dari grafik tersebut, tentukan tetapan pegas.!

Siapa kau??

Kau selalu ada disela waktuku
kau selalu ada disela pikirku
kau selalu ada disela pandangku
kau selalu ada disela suaraku

   
Kau tau hatiku
tapi kau tak mengerti aku
kau ada disebelahku
tapi kau tak mendampingiku

Senyummu buatku tenang
senyummu bukan buatku
candamu buatku tertawa
candamu bukan buat aku

Siapa kau sebenarnya?
temanku tapi bukan
sahabatku tapi kapan
musuhku tapi salah
siapakah tapi itu yang tak ku mengerti

( dibuat saat hatiku begitu................tanggal 22 januari 2009)

Orbit geostasioner

Pembahasan tentang Perkembangan Kognitif dan Bahasa

AA.Perkembangan Kognitif

a)      Perkembangan Kognitif menurut Piaget
v Prinsip Dasar Teori Piaget
Jean Piaget (1896-1980) dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh yaitu yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Misalnya saja manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon, tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi. Piaget kurang tertarik pada apa yang anak- anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir.
Sehingga piaget mengajukan empat konsep pokok untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Keempat konsep yang dimaksud adalah skema, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami suatu objek. Asimilasi merupakan suatu proses dimana organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Hal yang dimaksud Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam struktur yang sudah ada (skema) ,sehingga proses ini cenderung subyektif.
Sedangkan Akomodasi yaitu proses organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya,proses ini melibatkan kegiatan pengubahan skema, atua gagasan yang telah dimiliki kerena adanya informasi atau pengalaman baru.
Melalui proses penyesuaian asimilasi dan akomodasi , sistem kognitif seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap. Proses penyesuaian yang  dilakukan oleh seseorang karena ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif melainkan secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

v  Tahap – tahap perkembangan kognitif

Piaget tidak melihat struktur kognitif sebagai mekanisme biologis lahiriah. Dia tidak percaya bahwa anak-anak memasuki dunia dengan “piranti dasar” untuk memahami realita. Anak-anak secara perlahan & bertahap membangun cara pandang mereka sendiri terhadap realita. Adapun tahapan – tahapan perkembangan kognitif dalam teori Piaget meliputi tahap :

1.      Tahap Sensorimotorik ( 0 – 2 tahun )

Dalam tahap ini bayi mulai menyusun pemahaman dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indera (sensoris) mereka dengan gerakan motorik mereka ,misalnya saja mereka melihat atau mendengar sesuatu maka bayi akan memperlihatkan suatu pola gerak reflek yang sederhana.Untuk memperjelas tahap sensorimotorik ini Piaget membagi menjadi beberapa sub bagian yaitu
o   Sub-tahap 1 ( lahir – usia 1 tahun )
aktivitas utama pada sub-tahap ini yaitu proses melatih suatu gerakan reflek dengan koordinasi dengan penginderaan. Variasi – variasi kecil pada perilaku refleksif dapat terjadi karena interaksi lingkungan.
o   Sub-tahap 2 ( usia 1 – 4 bulan )
Meski skema – skema  individual terus berkembang, pada akhir sub-tahap ini terdapat bukti koordinasi dari skema - skema. Contoh koordinasi : menghisap –kemudian meraih merupakan skema yang terbentuk paling baik pada subtahap ini. Orangtua sering memperhatikan semua yang diraih oleh bayi - bayi mereka dibawa masuk ke dalam mulut untuk dihisap. Bayi akan berusaha untuk meraih apapun untuk di masukkan ke dalam mulutnya. Gambaran penting pada subtahap ini: primary circular reaction yaitu secara kebetulan bayi menemukan pengalaman sensorik atau motorik yang menarik yang dikaitkan dgn tubuhnya yang selanjutnya diulangi lagi.
o   Sub-tahap 3 ( usia 4 – 8 bulan )
Selama subtahap ini koordinasi skema- skema terus berlanjut & reaksi sirkuler terlihat pada subtahap 3 dalam dimensi baru.Aktivitas2 berulang yangg diorientasikan terhadap tubuh mereka sendiri. Bayi melatih skema - skema sensorimotor mereka, lebih tertarik pada kegiatan mereka sendiri daripada terhadap benda- benda untuk kegiatan tersebut.

o   Sub-tahap 4 ( usia 8 – 12 bulan )
Substahap ini merupakan aktivitas yg benar - benar terencana & bertujuan. Saat ini bayi akan mengaktivasi 1 skema untuk tujuan tertentu dalam menghasilkan yg lainnya dimana bayi akan mendorong ke samping suatu obyek untuk tujuan meraih sesuatu di belakangnya.
o   Sub-tahap 5 ( usia 12 – 18 bulan )
Pada tahun ke-2 kehidupan, anak akan berperilaku secara intesional & mengkoordinasi skema-skema yang tidak berkaitan.  Pada subtahap 3 dimana bayi akan mengulangi suatu kegiatan dlm usaha untuk memperpanjang pengalaman yg menarik.  Pada subtahap 5 terdapat pengulangan tapi juga terdapat suatu usaha untuk memvariasikan aktivitas sebagai ganti dari pengulangan sederhana. perilaku ini disebut tertiary circular reaction.  Anak - anak menikmati hal – hal  yang baru & mencari cara baru untuk menghasilkan pengalaman yg menarik.
o   Sub-tahap 6  (usia 18 – 24 bulan )
Subtahap 5 yangbmenandai akhir dari tahap  sensorimotor karena pada usia 1,5 tahun anak-anak mulai terlibat dgn representational thinking. Mereka dapat menggunakan simbol-simbol, tidak dibatasi lagi dalam inteligensi untuk aktivitas sensorimotor.Subtahap 6  dapat dianggap sebagai suatu periode transisional antara inteligensi sensori motor & preoperasional.


2.      Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun )

Pada tahap ini lebih bersifat simbolis, egoisentris dan intuitif yang kemudian melibatkan pemikiran operasional. Pada tahap ini terbagi menjadi 2 sub tahap yaitu

o   Sub – tahap simbolis ( usia 2 – 4 tahun )
Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

o   Sub – tahap intuitif ( usia 4 – 7 tahun )
Pada tahap ini anak mulai dengan pemikiran yang menggunakan penalaran primitif dan rasa ingin tahu.dalam tahap ini anak merasa yakin atas pengetahuannya  namun belum menyadari cara mereka mengetahuinya.

3.      Tahap Operasional kongrit ( 7 – 11 tahun )
Pada tahap Operasional kongrit ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya.
4.      Tahap Operasional Formal ( 7 – 15 tahun )
Pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.

b)     Perkembangan Kognitif menurut Bruner

v  Biografi Jerome S. Bruner
Bruner memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan  agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Jerome Bruber menyusun teori perekmbangn kognitif dengan memperhitungkna enam hal yaitu :
                   I.            Perkembangan intelektual ditandai dengan meningkatnya variasi respon terhadap stimulus.
                II.            Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan suatu realita.
             III.            Perlunya peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain ,melalui kata – kata atau simbol ,mengenai apa yang telah dikerjakan dan apa yang akan dilakukan dalam perkembangan intelektual.
             IV.            Perkembangan Intelektual juga diperlukan suatu interaksi antara siswa dan guru .
                V.            Bahasa adalah suatu kunci perkembangan kognitif.
             VI.            Semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan merupakan tanda pertumbuhan kognitif.
v  Tahap –tahap pengembangan
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Bruber tidak mendasarkan perkembangan anak itu sesuia usia. Proses pengamatan yang dilakukan Bruner menghasilkan suatu kesimpulan dari Bruner bahwa perkembangan kognitif mempunyai 3 tahapan yaitu tahap enaktif ,tahap ekonik dan tahap simbolik.
Secara jelas dalam rincian sebagai berikut :
o   Tahap enaktif
Tahap ini biasa disebutkan dengan Tahap informasi (tahap penerimaan materi). Dimana dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
o   Tahap ekonik ( tahap transformasi )
Tahap transformasi (tahap pengubahan materi) Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
o   Tahap simbolik
`Dalam tahapan ini tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptualnyapun sudah berkembang. Seseorang menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.


c)      Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky

Vygotsky menjabarkan ada 3 konsep yang dikembangkan dalam teorinya (tappan ,1998) :
(1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretetasikan secara developmental.;
(2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata ,bahasa,dan bentuk dikursus yang berfungsi sebagai alat psikologis.
(3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Pada pemahaman vygotsky mempercayai bahwa bahasa adalah alat yang paling penting. Pemahaman itu pula kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kebudayaan. Teori vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi oleh situasi dan bersifat  kolaborasi,yang berarti pengetahuan dari orang dan lingkungan yang saling bertukar atau melengkapi. Vygotsky juga mengemukakan beberapa ide tentang zone of proximal developmental (ZPD). Yang dimaksud dengan ZPD yaitu pemberian suatu tugas yang hanya bisa diselesaikan bila bersama orang yang lebih paham atau lebih tua. Sehingga dalam proses pengembangan individu akan lebih mengetahui dan perkembangannya pun nantinya terarahkan.


B.   B. Perkembangan Bahasa
Dalam bahasan kali ini yang dibahas adalah perkembangan bahasa menurut pandangan Chomsky.
Berikut adalah diagram pemahanan tatabahasa menutur Chomsky :
Semantic Representation

Semantic Components

Deep Structure

Transformational Rules

Surface strukture

Honological Component

Phonetic Representation

1.      Pengertian secara umum
Perkembangan bahasa dalam  psikolinguistik diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa ( language acquisition), menyusun  tatabahasa  dari ucapan – ucapan ,memilih ukuran pnilaian tatabahasa yanga paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut (Tarigan, 1986 : 243 ). Ada dua pendekatan dalam  menjelaskan proses pengembangan bahasa ,yaitu ; (1)  navistik atau organismic innatences hypothesis, dan  (2)empirik atau behaviorist hypothesis. Chomsky menurut kaum navistik mempelopori struktur bahasa telah ditentukan secara biologik yang dibawa sejak lahir ( Monks,1989 : 131).
2.      Tahap – tahap perkembangan bahasa
Proses perkembangan bahasa juga melelui tahap – tahap .Adapaun tahap – tahapnya adalah sebagai berikut :
·         Tahap Pralinguistik atau Meraban ( Usia  0,3 – 1 tahun )
·         Tahap HaloFrastik atau Kalimat Satu Kata ( usia 1- 1,8 tahun)
·         Tahap Kalimat Dua Kata ( Usia 1,8 – 2 tahun )
·         Tahap Perkembangan Tata Bahasa ( usia 2 – 5 tahun )
·         Tahap Perkembangan Tata Bahasa menjelang Dewasa ( usia 5 – 11 tahun)
·         Tahap Kompetensi Lengkap ( Usia 11 tahun sampai dewasa )

3.      Kemampuan Berbahasa dan Berfikir
Berbahasa dan berfikir merupakan satu kesatuan . Dimana dalam aktivitas berfikir didalamnya melibatkan bahasa. Berfikir merupakan percakapan dalam hati inner speech ( Morgan ,1989:231). Bahasa merupakan alat untuk berfikir.Jadi tidak dapat dipisahkan lagi antara berfikir dan bahasa. Kemampuan berfikir seseorang menentukan sekaligus dapat dipahami dari kemampuan dia berbahasa.Kapasitas atau kemampuan kognisi,daya nalarnya mempengaruhi kemampuan berbahasa seseorang.

4.      Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan Bahasa
a.       Faktor Biologis
Adanya (language Acquisition Devices) yaitu potensi yang sudah ada secara otomatis dari lahir.Faktor yang merupakan keturunan kemampuan berbahasa.
b.      Faktor Lingkungan
Lingkungan memberi kesempatan kepada suatu  individu  untuk mempelajari suatu sistem berbahasa. Jadi lingkungan merupakan sarana dari individu untuk mengembangakan atau bahkan sebagai batasan dalam proses pengembangan berbahasa.
5.      Perbedaan individual dalam Perkembangan Bahasa
Setiap individu berbeda – beda,tidak ada suatu individu yang benar-benar sama. Secara tidak langsung setiap individu membawa faktor biologis yang berbeda. Dengan demikina kemampuan setiap individu dalam proses perkembangan berbahasa juga berbeda dan hal itu meningkatkan suatu variasi. Sehingga perkembangan bahasa akan meningkat dengan bertambahnya usia. Semakin bertambah usia seseorang ,akan semakin bervariasi lingkungannya ,semakin kompleks kemampuan bahasaya, maka akan semakinberbeda antar individu dalam perkembangan bahasanya ( Neugarten,1976 : 79) .


Sekilas diatas merupakan ramngkuman makalah saat mata kuliah psikologi pendidikan saat semester 3..hehehe maklum...jangan lupa baca ini sebagai referensi
Rifa’i RC,Achmad dan Catharina Tri anni . 2009. psikologi pendidikan. . semarang : UNNES PRESS

Bimbingan dan Konseling


A.   A.  Prinsip – prinsip Bimbingan dan Konseling

                        Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggarakan bimbingan dan konseling. Sedangkan Prinsip sendiri merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Pemahaman tentang prinsip – prinsip dasar ini sangat penting dan perlu terutama kaitannya dengan kepentingan penerapan di lapangan. Konselor yang telah memahami secara benar dan mendasar prinsip – prinsip dasar bimbingan dan konseling ini akan dapat menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan – penyimpangan dalam praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling. Ada beberapa pendapat mengenai prinsip – prinsip bimbingan dan konseling,misalnya Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa :
(a)    Bimbingan didasarkan pada kenyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan – kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan potensinya itu.
(b)   Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap adalh unik; seseorang anak berbeda dari anak ynag lain.
(c)    Bimbingan merupakan bantuan kepada anak – anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka secara pribadi –pribadi yang sehat.
(d)   Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umum.
(e)    Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.

Semua prinsip yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir – butir tersebut belum merupakan prinsip – prinsip yang jelas aplikasinya dalam praktek bimbingan dan konseling. Apabila butir – butir tersebut hendak dijadikan prinsip – prinsip bimbingan dan konseling ,maka aspek – aspek operasionalisasinya harus ditambah.
      Namun prinsip – prinsip yang akan dibahas dapat dtinjau dari prinsip – prinsip secara umum, dan prinsip – prinsip khusus yang telah dikaji dari beberapa aspek.
      Berikut penjelasan prinsip – prinsip umum bimbingan dan konseling
1.      Prinsip-prinsip Umum

a.       Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unil dan ruwet.
b.      Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu – individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
c.       Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
d.      Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
e.       Bimbingan harus dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
f.       Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang bersangkutan.
g.      Pelaksanaan program bimbingan harus serta dipimpin keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
h.      Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaien antara pelaksaan dan rencana yang dirumuskan dahulu

2.      Prinsip-prinsip Khusus
        Sejumlah prinsip khusus mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip khusus ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Berikut ini sejumlan prinsip – prinsip layanan bimbingan dan konseling khusus yang di ramu dari sejumlah sumber (Bernand & Fullmer,1969 dan 1967; crow & crow, 1960 ; Miller & Fruehling,1978) yang perlu diperhatikan :

1)   Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
   Sasaran bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu itu sangan bervariasi yang menyebabkan individu yang satu berbeda dari yang lainnya.masing-masing individu adalah unik. Variasi dan keunikan keindividuan,aspek - aspek pribadi dan lingkungannya mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status social ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan pribadi individu.
c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling  memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.

2)    Prinsip - prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.
   Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif, faktor-faktor yang pengaruhnya negatif akan menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu ynag akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu.Secara ideal bimbingan dan konseling ingin membantu semua individu dengan berbagai masalahnya.Namun sesuai dengan keterbatasan yang ada pada diri sendiri,pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani maslah klien secara terbatas.prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal itu adalah :
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.

3)  Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.
   Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konselina adalah sebagai berikut :
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi
c. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan terarah.

4)  Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
        Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan iti selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya,yaitu konselor profesional.  Kerjasama yang baik dari berbagai pihak ,baik di dalam maupun diluar berbagai tempat ia bekerja (yaitu konselor) perlu dikembangkan secara optimal. Prinsip – prinsip berkenaan dengan hal – hal tersebut adalah :
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi
d. Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingan
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

B.   Orientasi Bimbingan dan Konseling

1.      Orientasi perorangan
             “Orientsi perseorangan“ bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara individual. Satu persatu siswa perlu mendapat perhatian.
            Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling sosial adalah sebagai berikut :
a)      Semua kegiatan diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan pada peningkatan perwujudan diri sendiri.
b)      Kegiatan disini berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan- kebutuhan pemanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungannya.
c)      Setiap klien harus diterima sebagai individu yang harus ditangani secara individual (McDaniel,1959).
d)     Adal menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat,kemampuan dan perasaan klien serta meneysuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan (McDaniel, dalam prayitno,199:236).

2.      Orientasi perkembangan
        Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada individu dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien menghilangkan problem yang menjadikan laju perkembangan klien. Adapun hambatan ( Thomson & Rudolph ) yang dimaksudkan adalah :
a)      Hambatan Egosentrisme , yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang dipahaminya.
b)      Hambatan Konsentrasi, yaitu ketidakmampuan memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang suatu hal.
c)      Hambatan Reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
d)     Hambatan Transformasi, yaitu ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada suasana urutan yang ditetapkan.
3. Orientasi permasalahan
   Ada yang mengatakan bahwa kehidupan berkembang itu resiko, agar tujuan tercapai dengan baik maka resiko yang mungkin menimpa kehidupan harus diwaspadai, nah kewaspadaan yang menimbulkan hambatan dan rintangan itu melahirkan kosep orientasi
permasalahan dalam bimbingan konseling.
   Dalam kaitannya dengan fungsinya Orientasi ini mengarah kepencegahan pengentasan permasalahan agar individu terhindar dari beban didalam dirinya, pemahaman memungkinkan individu memahami informasi dan aspek lingkungan yang berguna mencegah timbulnya masalah pada diri klien.Hal itu sesuai dengan fungsi – fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan ,yang langsung mengacu pada fungsi pencegahan dan penentasan.
   Berdasarkan rumusan konseling yang dikemukakan , maka tujuan bimbingan konseling sebagai orientasi permasalahanadalah untuk :
· Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat melalui: kepercayaan yang diyakini, memahami manfaat hidup bermasyarakat.
· Membantu individu memelihara situasi, kondisi kehidupan agar tetap baik dan jauh lebih baik melalui :
1) problem yang semula dihadapi telah teratasi agar tidak menjadi masalah kembali.
2) mengembangkan situasi yang mulanya baik itu agar bertambah baik.
   Dengan demikian orientasi masalah terentang seluas daerah operasinya fungsi-fungsi bimbingan ( yang bukan hanya fungsi pencegahan dan pengentasan saja) ,dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
   Ketiga fungsi orientasi tersebut dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan baik disekolah maupun diluar sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno&Erman Amti. 1999. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Mugiarso,Heru.2010. BIMBINGAN & KONSELING.Semarang : Universitas Negeri Semarang Press.